Kamis, 01 Mei 2014

MACAM-MACAM PROSES

Macam – macam proses pembentukan tanah

Proses pedogenesis terdiri atas seurutan kejadian baik yang berupa reaksi rumit maupun sekedar proses penyusunan kembali bahan. Banyak kejadian yang berkembang secara serentak, berurutan, saling mendukung ataupun berlawanan. Jadi proses pembentukan dan perkembangan tanah bukanlah reaksi tunggal, melainkan bagaimana hubungan antar reaksi tersebut dalam menciptakan gejala tertentu.Proses pedogenesis terbagi menjadi:

1.      Proses pedogen pokok umum
 Ada 2 gejala besar dalam pembentukan tanah yang disebut sebagai proses pedogen pokok umum, yaitu (HORISONISASI DAN HAPLOIDISASI)
Horisonisasi mencakup proses dan lingkungan yang mengembangkan bahan induk tanah menjadi tubuh tanah yang berhorison banyak dan tersusun atas bagian-bagian yang tidak sama. Contoh : hujan akan  mendorong pembentukan horison
Haploidisasi mencakup proses dan lingkungan yang menghambat/mencegah horisonisasi atau merusak/mencampur horison yang sudah ada. Contoh: kekeringan/kebekuan akan menghambat horisonisasi.

2.      Proses pedogen pokok khusus
Horisonisasi dan haploidisasi digerakkan oleh proses pedogen pokok khusus yang merupakan sekumpulan reaksi yang saling berhubungan yang mendukung atau berlawanan

Empat kategori proses pokok pedogen khusus:
1.      Penambahan bahan organik dan mineral, baik berupa bahan padat, cair atau gas pada tanah
 Pengkayaan
a.   Istilah umum untuk penambahan material untuk tubuh tanah. mis, pedon berdampingan seperti dalam depresi.
Cummulization
Aeolian and hydrologic additions of mineral particles to the surface of a soil. The effects are more pronounced in depressions.
Littering
b.      The accumulation of vegetable and associated faunal debris (litter) including humus on the mineral soil surface to a depth of less than 30cm
Melanization - Melanisasi
c.      The darkening of light-colored mineral materials which are initially unconsolidated by admixture of organic matter. Melanization involves some translocation.

        Input dari luar ekosistem
       Input dari atmosfir
        Precipitation, dust, deposition
       Input Horisontal
        Floods, tidal exchange, erosion, land-water movement
        Input dari dalam ekosistem
       Seresah dedaunan dan akar-akar yang mati turnover

2.       Penghilangan bahan-bahan tadi dari dalam tanah

Erosi tanah
surficial removal of material from the surface layer of a soil This is effected by raindrop splash, runoff waters, wind, creep, and other mass wasting processes.
Pencucian
        Pencucian atau eluviasi material terlarut dari solum tanah.

3.      Pengalihrupaan (transformasi) bahan-bahan tadi di dalam tubuh tanah
Transformasi merupakan perubahan bahan induk tanah yang melibatkan proses pelapukan,pembentukan mineral dekomposisi bahan organik pertukaran ion dan proses redoks.

        Decomposition of organic matter
       Breakdown to form soluble compounds that can be absorbed leached away
       Depends on input quantity, location (roots, leaves), environment (temp & precip)
1.      Humifikasi membentuk bahan or Eluviasi:  Pergerakan material ke luar dari “bagian tertentu” profil tanah, seperti pada Horison Albik.
2.      Iluviasi:  Pergerakan material memasuki “bagian tertentu” profil tanah, seperti pada Horison Argilik dan Spodik
3.      Lessivage:  Washing in suspension of fine clay and lesser amounts of coarse clay and fine silt down cracks and other voids in a soil body; leading to the depletion of clay in the A horizon and enrichment of clay in the B horizon.
4.      Pedoturbation:  Biologic, physical (freeze-thaw and wet-dry cycles) churning and cycling of soil materials thereby homogenizing the solum in varying degrees
        ganik kompleks
        Pelapukan batuan
       Pelapukan Fisika / fragmentasi batuan
       Freeze-thaw; drying-wetting; fire
       Pelapukan kimiawi
        Mineral primer à Mineral sekunder



4.      Pengalih tempatan (translokasi atau imigration product of tranformation) merupakan imigrasi hasil transformasi bahan-bahan dari suatu bagian ke bagian lainnya dalam tubuh tanah menjadi senyawa baru yang sebelumnya tidak ada seperti translokasi liat,bahan organik ,silikat,alumunium dan besi.

1.      Eluviasi:  Pergerakan material ke luar dari “bagian tertentu” profil tanah, seperti pada Horison Albik.
2.      Iluviasi:  Pergerakan material memasuki “bagian tertentu” profil tanah, seperti pada Horison Argilik dan Spodik
3.      Lessivage:  Washing in suspension of fine clay and lesser amounts of coarse clay and fine silt down cracks and other voids in a soil body; leading to the depletion of clay in the A horizon and enrichment of clay in the B horizon.
4.      Pedoturbation:  Biologic, physical (freeze-thaw and wet-dry cycles) churning and cycling of soil materials thereby homogenizing the solum in varying degrees
                        
             Transport fisik material berukuran liat dari horison permukaan                               ke lapisan bawah (Translokasi)



REFERENSI

 http://ilmutanahugm.blogspot.com/2013/04/proses-pedogenesis.html
:  gis.ess.washington.edu/grg/courses/ess230/lectures/Soils_2012.ppt



Rabu, 30 April 2014

PROSES -PROSES PEMBENTUKAN TANAH

Proses Pembentukan Tanah

Proses pembentukan tanah (pedognesis )mencakup dua tahapan menyambung yaitu:
1.     Pembentukan tanah dalam arti kata pengubahan bahan induk tanah menjadi bahan tanah
Pada tahap ini permukaan batuan yang tersingkap di permukaan akan berinteraksi secara langsung dengan atmosfer dan hidrosfer. Keadaan ini akan menyebabkan permukan batuan ada pada kondisi yang tidak stabil. Pada keadaan ini lingkungan memberikan pengaruh berupa perubahan – perubahan kodisi fisik seperti pendinginan, pelepasan tekanan, pengembangan akibat panas (pemuaian), juga kontraksi (biasanmya akibat pembekuan air pada pori – pori batuan membentuk es), yang menyebabkan terjadinya pelapukan secara fisik (disintegrasi). Pelapukan fisik ini membentuk rekahan – rekahan pada permukaan batuan (Cracking) yang lama kelamaan menyebabkan permukaan batuan terpecah – pecah membentuk material lepas yang lebih kecil dan lebih halus,pada tahap pertama hanya terjadi pengubahan bahan-bahan serba sama secara ruang (spatially homogeneous alteration)


2.     Perkembangan tanah dalam arti kata penyusunan bahan tanah menjadi tubuh tanah dengan organisasi dan morfologi tertentu tahap ini sering disebut morfogenesis pada tahap kedua ini terjadi kajian pokok ialah alih tempat bahan yang membuat tubuh tanah tersegresi menjadi berbagai bagian yang beragam
Pada tahap ini terjadi interaksi permukan batuan dengan lapisan atmosfer dan hidrosfer juga akan memicu terjadinya pelapukan kimiawi (Dekomposisi) diantaranya proses oksidasi, hidrasi, hidrolisis, pelarutan dan lain sebagainya. Menjadikan permukaan batuan lapuk, dengan merubah struktur dan komposisi kimiawi material batuannya. Membentuk material yang lebih lunak dan lebih kecil (terurai) dibanding keadaan sebelumnya, seperti mineral – mineral lempung.setelah mengalami pelapukan bagian permukaan batuan yang lapuk akan menjadi lebih lunak. Kemudian rekahan – rekahan yang terbentuk pada batuan akan menjadi jalur masuknya air dan sirkulasi udara. Sehingga dengan proses – proses yang sama, terjadilah pelapukan pada lapisan batuan yang lebih dalam. Selain itu, Pada tahap ini di lapisan permukaan batuan mulai terdapat calon makhluk hidup (Organic Matter).Pada tahap ini, di lapisan tanah bagian atas mulai muncul tumbuh – tumbuhan perintis. Akar tumbuhan ini membentuk rekahan pada lapisan – lapisan batuan yang ditumbuhinya (mulai terjadi pelapukan Biologis). Sehingga rekahan ini menjadi celah/ jalan untuk masuknya air dan sirkulasi udara.
Selain itu, dengan kehadiran tumbuhan, material sisa tumbuhan yang mati akan membusuk membentuk humus (akumulasi asam organik). Pada dasarnya humus memiliki sifat keasaman. Proses pelapukan akan dipicu salah satunya oleh adanya faktor keasaman. Sehingga dengan hadirnya humus akan mempercepat terjadinya proses pelapukan. Pembentukan larutan asam pun terjadi pada akar-akar tanaman. Akar tanaman menjadi tempat respirasi (pertukaran antara O2 dan CO2) serta traspirasi (sirkulasi air).
Air yang terinfiltrasi ke dalam lapisan tanah akan membawa asam humus yang ada di lapisan atas melalui rekahan – rekahan yang ada. Menjangkau lapisan batuan yang lebih dalam. Ini semua akan menyebabkan meningkatnya keasaman pada tanah yang kemudian akan memicu terjadinya pelapukan pada bagian-bagian tanah serta batuan yang lebih dalam. Membentuk lapisan – lapisan tanah yang lebih tebal.
Dengan semakin tebalnya lapisan-lapisan tanah, air yang tefiltrasi ke dalam lapisan tanah dapat melakukan proses pencucian(leaching) terhadap lapisan-lapisan yang dilaluinya. Sehingga tahapan ini merupakan awal terbetuknya horizon-horozon tanah.
Tahap Pembentukan Horizon – Horizon
1.     Tahap pembentukan Horizon O atau Pertumbuhan Vegetasi

Horizon O, Bagian teratas yang kaya bahan – bahan organik berbentuk humus disebut bagian serasah.
Pada tahap ini terjadi pertumbuhan vegetasi di atas horozon C, kemudian mati atau melepas sisa – sisa bagian tanaman yang mati, tertimbun di permukaan atau kemudian terdekomposisi menjadi humus atau tetap berupa seresah. Timbunan ini membentuk horizon O (organik) atau H (histik). Bahan organik dapat berasal dari sisa atau vegetasi yang tumbuh di atas horizon C tersebut atau berasal dari tempat lain. Dengan demikian Horizon O ialah horizon timbunan bahan organik, berwarna gelap bila sudah terdekomposisi, terdapat dan terlihat adanya jaringan tumbuhan dan umumnya terletak di permukaan tanah, berstruktur lepas atau gembur (remah).
Tidak semua tanah mempunyai Horison O .Kalau horison O terkubur, ia akan menjadi sumberdaya ekonomi berupa gambut  dan batubara

2.     Horizon A lapisan Top soil

Horiozon A terbentuk dari hasil percampuran antara tanah mineral dengan bahan organik yang dapat dilakukan oleh:
– Organisme tanah (dekomposisi dan mineralisasi serta metabolisme)
– Manusia (pengolahan tanah dan pemupukan)
– Proses alam lainya.
3.     Tahap Pembentukan Horizon B


Horizon B adalah sub horizon tanah yang terbentuk dari adanya pencucian (elluviasi) koloid liat dan atau koloid organik pada horizon A hingga terbentuk horizon Albik (E) kemudian ditimbun pada horizon yang ada dibawahnya (illuviasi). Horizon B (Sub Soil) yang terdiri dari lempung dan kandungan mineral seperti besi, alumunium,
Dengan demikian Horizon B ialah horizon tanah dibawah permukaan (sub horizon) bertekstur gumpal atau prismatik atau tiang (kolumnar) berwarna lebih merah dari horizon lainnya. Berkonsistensi teguh hingga sangat teguh, dan berwarna lebih merah.
Perkembangan Horizon B dicirikan sebagai berikut:


4.     Tahap pembentukan Horizon C
 Horizon C (Regolith) merupakan lapisan bebatuan kecil yang terletak antara subsoil dengan bedrock.
pada  tahap ini pelapukan batuan menjadi tanah mineral, sebagai akibat dari efek komponen iklim terhadap batuan. Efek iklim ini mempengaruhi sifat fisik dan kimia batuan sehingga sifat dan atau kimia batuan berubah menjadi tanah mineral dengan indikator berbentuk Horizon C sebagai satu – satunya horizon. Horozon C dapat juga berasal dari translokasi dan deposisi bahan atau lapisan (horizon) tanah yang tererosi dari tempat lain yang disebut dengan bahan coluvium dan aluvium laut dan sungai.

5.     Horizon R (Bed rock)






merupkan bebatuan kasar yang merupkan bagian terbawah dari struktur tanah Bahan induk  yang kondisinya sementasi dan belum lapuk, tidak terpengaruhi oleh proses pembentukan       tanah.







REFERENSI

Henry D Forth .1984.Dasar-Dasar Ilmu Tanah(Endan D Dwi Retno,Rahayuning T),Yogyakarta:Gajah Mada Perss

Sumber: http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/2168523-pengertian-tanah/#ixzz1C14JeN


FAKTO-FAKTOR PEMBENTUK TANAH

FAKTOR PEMBENTUK TANAH Lima faktor yang mengontrol pembentukan dan perkembangan tanah (Jenny,1941), yaitu:

iklim(climate)
bahan induk (parent material = p),

waktu (time = t),
organisme (organisms=o)


Dalam kenyataannya ada interdependensi antar faktor, misalnya antara organisme dan iklim. Iklim dan organisme merupakan faktor pembentuk tanah yang aktif, sedangkan bahan induk adalah faktor pasif. 
Dalam hal satu faktor yang berubah, sementara yang lain tetap disebut :
                                                                                                                     
 jika yang berubah hanya bahan induk                                                          lithosequence,              
jika yang berubah hanya  iklim                                                                      climosequence               
 jika yang berubah hanya  organism                                                              biosequence 
jika yang berubah hanya  relief                                                                     etopusequence
jika yang berubah hanya waktu                                                                    chronosequence


 1.     Bahan Induk Tanah

Tanah terbentuk dari bahan batuan yang mengalami fragmentasi dan proses pelapukan (fragmented rock material). Fragmented rock material dapat tetap di atas bedrock asal sebagai bahan yang relatif tidak padu (uncosolidated material) atau  in situ, tapi kebanyakan telah tererosi dan ditransportasikan baik oleh air, angin, es atau gravitasi ke lain tempat membentuk deposit (debris mantles). Bahan-bahan deposit tak padu inilah (bukan solid bedrock) yang umumnya disebut sebagai bahan induk tanah (soil parent materials). Tanah bersama dengan debris atau bedrock yang terlapuk di bawahnya disebut sebagai regolith.Bahan yang merupakan asal tanah disebut sebagai BAHAN INDUK. Sedikit tanah yang berkembang secara langsung dari batuan di bawahnya. Kebanyakan tanah berkembang dari bahan-bahan dari tempat lain. Bahan-bahan di bagian bawah tanah biasan.Oleh karena batuan tersusun atas mineral-mineral yang beragam serta berbeda ketahanannya terhadap pelapukan, maka mineralogi bahan induk sangat berpengaruh atas laju perkembangan tanah, tipe produk pelapukan,  komposisi mineral dari tanah,  dan kesuburan kimia tanah. Konsolidasi dan ukuran partikel bahan induk juga berpengaruh atas permeabilitas air.


 

2.     Iklim

Tanah bervariasi bergantung dari iklim. Suhu dan kelembaban menyebabkan perbedaan dalam pelapukan (weathering) dan pelindian (leaching). Sedangkan angin mendistribusikan pasir dan partikel lainnya terutama di daerah iklim arid. Jumlah, intensitas, waktu dan macam dari presipitasi mempengaruhi pembentukan tanah. Perubahan suhu musiman dan harian mempengaruhi kelembeban, aktifitas biologi, laju reaksi kimia dan tipe vegetasi.Faktor yang sangat berpengaruh atas pembentukan tanah. Iklim berpengaruh langsung terhadap pembentukan tanah melalui suhu dan curah hujan, dan secara tidak langsung melalui pengaruhnya atas vegetasi (organisme) dan berinteraksi dengan bentuk lahan (relief) dalam mempengaruhi hubungan air dan tanah.

·       Pengaruh langsung suhu dan curah hujan

Air merupakan komponen yang sangat penting dalam semua proses pelapukan kimia dan fisika. Input curah hujan ke dalam tanah mempunyai pengaruh yang besar atas perkembangan tanah melalui pelapukan dan pelindian dari produk pelapukan. Laju pelapukan juga secara kuat bergantung kepada suhu. Setiap kenaikan 10oC, laju reaksi kimia dalam pelapukan akan meningkat 2 atau 3 kali.

·       Pengaruh tidak langsung

Biasanya dijumpai hubungan yang kuat antara iklim dan kandungan humus tanah, oleh karena pengaruh dari iklim atas produksi biomas dan laju dekomposisi seresah tanaman dan bahan organik tanah lainnya. Curah hujan akan mempengaruhi produktifitas vegetasi. Suhu berpengaruh atas laju dekomposisi bahan organik, sehingga sehingga kandungan humus yang tinggi biasanya ditemukan pada daerah iklim lembab dan sejuk. Iklim panas, baik kering maupun lembab cenderung menyebabkan kandungan humus yang rendah 


3.     Organisme (VegetasiJasad renik/mikroorganisme)


 Organisme sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah dalam hal:

a.       Membuat proses pelapukan baik pelapukan organik maupun pelapukan kimiawi. Pelapukan organik adalah pelapukan yang dilakukan oleh makhluk hidup (hewan dan tumbuhan), sedangkan pelapukan kimiawi adalah pelapukan yang terjadi oleh proses kimia seperti batu kapur larut oleh air.

b.      Membantu proses pembentukan humus. Tumbuhan akan menghasilkan dan menyisakan daun-daunan dan ranting-ranting yang menumpuk di permukaan tanah. Daun dan ranting itu akan membusuk dengan bantuan jasad renik/mikroorganisme yang ada di dalam tanah.

 c.       Pengaruh jenis vegetasi terhadap sifat-sifat tanah sangat nyata terjadi di daerah beriklim sedang seperti di Eropa dan Amerika. Vegetasi hutan dapat membentuk tanah. Vegetasi hutan dapat membentuk tanah hutan dengan warna merah, sedangkan vegetasi rumput membentuk tanah berwarna hitam karena banyak kandungan bahan organis yang berasal dari akar-akar dan sisa-sisa rumput.

 d.      Kandungan unsur-unsur kimia yang terdapat pada tanaman berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah. Contoh, jenis cemara akan memberi unsur-unsur kimia seperti Ca, Mg, dan K yang relatif rendah, akibatnya tanah di bawah pohon cemara derajat keasamannya lebih tinggi daripada tanah di bawah pohon jati.  

 4.     ReliefAda 3 jalur utama pengaruh relief atas pembentukan tanah:

a. pengaruh kelerengan atas jeluk tanah

b. modifikasi pengaruh iklim

c.mempengaruhi hubungan kelembaban          

  d.Tebal atau tipisnya lapisan tanahDaerah yang memiliki topografi miring dan berbukit lapisan tanahnya lebih tipis karena tererosi, sedangkan daerah yang datar lapisan tanahnya tebal karena terjadi sedimentasi      

e.  Sistem drainase/pengaliranDaerah yang drainasenya jelek seperti sering tergenang menyebabkan tanahnya menjadi asam  


 5.     Waktu

 Pelapukan dan proses pembentukan tanah (pedogenesa) terjadi dalam waktu yang lama. Tahap awal terjadi pencampuran bahan organik dan perubahan kimia dan mineralogi pada bahan induk, selanjutnya perubahan kimia, mineralogi dan fisika tanah, sehingga membentuk horison yang jelas, hingga dapat mencapai keadaan steady state, yaitu keadaan tanah yang tidak berubah dalam waktu yang lama. Adanya proses pembentukan tanah yang terus menerus berlangsung dalam waktu lama, maka bahan induk tanah berubah berturut-turut menjadi tanah muda, tanah dewasa dan tanah tua. Tanah merupakan benda alam yang terus menerus berubah, akibat pelapukan dan pencucian yang terus menerus. Oleh karena itu tanah akan menjadi semakin tua dan kurus. Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah habis mengalami pelapukan sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa.


FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK TANAH




 REFERENSI:

Herry O Buckman,1982,Ilmu Tanah(Terjemahan Soegeman),Jakarta:Bhratara Karya Aksara.

http://shaylife.blogspot.com/2012/04/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.htmlhttp://benitohp.wordpress.com/2011/03/09/ilmu-tanah/   

RUANG LINGKUP GEOGRAFI TANAH


RUANG LINGKUP GEOGRAFI TANAH



Ruang lingkup geografi dapat dibedakan atas ruang lingkup kajian fisik dan kajian sosial. Geografi tanah adalah bagian ilmu tanah yang membahas tentang genesis, klasifikasi, kemampuan, dan penyebaran tanah di muka bumi.

Ruang lingkup geografi tanah meliputi konsep pedology dan edhapology:

1.      Konsep Pedology

Konsep ini merupakan dasar dalam ilmu tanah yang dikemukakan olehDokuchaiev
seorang ahli ilmu tanah Rusia. Pedology (pedo;gumpal tanah atau pedon; tubuh tanah)
lebih menekankan pembahasan pada :
a. Asal mula dan pembentukan tanah yang tercakup dalam genesis tanah.
b. Nama-nama, sistematik, sifat kemampuan, dan penyebaran berbagai jenis tanah yang
tercakup dalam klasifikasi tanah dan pemetaan tanah

2.      Konsep Edhapology
Konsep ini permata kali dikemukakan oleh Dr. H. L. Jones dari Cornell University
Inggris. Edhapology (Edhapon;bahan tanah yang subur) lebih menekankan pada
penggunaan tanah dalam bidang pertanian, sehingga segala penyelidikan tanah dilakukan
hanya untuk mengetahui hubungan antara tanah dengan tanaman tingkat tinggi dengan
tujuan untuk mendapatkan produksi pertanian se-ekonomis mungkin. Dalam ilmu geografi
tanah, konsep ini dijadikan sebagai konsep pendukung untuk melengkapi konsep pedology.
Selain Edhapology, ilmu pendukung pedology sebagai konsep dasar ilmu geografi
tanah adalah bagian-bagian dari ilmu pengetahuan terapan, ilmu pengetahuan alam dasar,
ilmu pengetahuan benda hidup, dan benda mati.






Berdasarkan konsep edhapology dapat digambarkan manfaat dari tanah







Minggu, 27 April 2014

DEFINISI GEOGRAFI TANAH



                                             DEFINISI TANAH DAN  GEOGRAFI TANAH

 1 DEFINISI TANAH

Tanah (Soil) adalah material hasil pelapukan yang menutupi batuan asalnya. Tanah terdiri dari bahan – bahan anorganik yang disebut mineral dan didapat dari batuan yang telah mengalami pelapukan, yang juga terbentuk akibat perubahan cuaca dan aktifitas berbagai mahluk hidup diatasnya seperti hewan dan tumbuhan

  1. Thaer (1990) mendefinisikan tanah sebagai bahan campuran dan akumulasi dariunsur-unsur Si, Al, Ca, Mg, Fe, dan lain-lain.
  2.  Kemudian Wemer (1918) seorang pakar geologiberpendapat bahwa tanah merupakan lapisan hitam tipis yang menutupi bahan padat keringterdiri atas bahan bumi berupa partikel kecil yang mudah remah, sisa vegetasi, dan hewan.
  3. Joffe (1949) seorang pakar tanah AS mendefinisikan tanah adalah bangunan alam yangtersusun atas horizon-horizon dan terdiri atas bahan mineral dan bahan organik, biasanyatidak padu dan mempunyai ketebalan yang berbeda.
  4.  Brammer (1958) menyatakan tanahadalah bagian kulit bumi tempat berlangsungnya pelapukan kimia dan fisika dan tempatkegiatan tumbuhan dan hewan.
  5. Dokuchaiev (Rusia 1855) tanah adalah bentukan-bentukan mineral dan organic dipermukaan bumi, yang sedikit banyak selalu diwarnai oleh humus, sebagai hasil kegiatan kombinasi bahan-bahan seperti jasad-jasad baik yang hidup maupun yang mati, bahan induk dan relief. 

Berdasarkan pendapat Joffe (1949) dan Dokuchaiev (Rusia 1855) dapat digambarkan komposisi pembentuk tanah yaitu


Kesimpulan dari beragam definisi para ahli tentang tanah adalah tanah merupakan
akumulasi tubuh alam bebas atau natural body yang menempati sebagian besar
permukaan bumi yang merupakan hasil proses fisika, kimia, dan biologi dapat
menumbuhkan tanaman, memiliki sifat akibat pengaruh iklim dan jasad hidup terhadap bahan induk dalam kondisi topografi tertentu dan dalam jangka waktu.




2. DEFINISI GEOGRAFI TANAH


Geografi tanah mempelajari tentang agihan (penyebaran) jenis tanah di muka bumi dan faktor-faktor yang menentukan agihannya, yang dipelajari mencakup sifat-sifat tanah, genesa tanah, klasifikasi tanah, agihan, dan terapannya dalam kehidupan sehari-hari.
          Kata 'Geografi' dalam istilah geografi tanah digunakan untuk memberikan kontekspada system atau metode talaah, tidak memngkonotasikan sebagai ilmu. Geografi tanah adalah ilmu tanah yang menelaah tanah menurut sudut pandang geografi.

 Geografi tanah adalah bagian ilmu tanah yang membahas tentang genesis, klasifikasi, kemampuan, dan penyebaran tanah di muka bumi.Geografi tanah mempelajari sebaran jenis tanah di muka daratan dan faktor yang menentukan sebaran teresbut. Secara sederhana dapat dinyatakan sebagai ilmu tanah yang dikaji dari sudut pandang geografi. Kata geografi dalam geografi tanah merupakan konteks sistem atau metode telaah, bukan konotasi ilmu (Notohadiprawiro, 1994). Geografi tanah merupakan cabang ilmu geografi yang mengkaji persebaran satuan-satuan tanah di permukaan bumi, sifat, dan karakteristik satuan-satuan tanah yang menyelimuti permukaan bumi, dan pemanfaatan tanah untuk kehidupan (Sartohadi dkk., 2012)



Dapat dinyatakan bahwa geografi tanah mengkaji sebaran tanah secara horisontal berdasarkan pada bentanglahan, dengan menggunakan dasar kerja ilmu tanah yang mengkaji tanah secara vertikal berdasarkan sifat material tanah.







Referensi

Haryoko. Andianto, 1999, Aplikasi PJ dan SIG dalam Evaluasi Lahan Untuk Permukiman,
Tesis 
geo.fis.unesa.ac.id › Home › Ilmu Tanah